Beranda | Artikel
Bertawakkal Kepada Allah
Selasa, 6 Juli 2021

BERTAWAKKAL KEPADA ALLAH

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Yang mencukupkan segala perkara orang-orang yang bertaqwa:

قال الله تعالي: ﴿ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ﴾ ( الطلاق : 3)

Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya” [At-Thalaq/65 3]

Dia telah memerintahkan kekasihNya dan manusia pilihanNya serta seluruh orang yang beriman untuk bertawakkal kepadaNya:

قال الله تعالي: ﴿ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ ﴾ ( آل عمران : 159)

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” [Ali Imran/3: 159]

Kami memuji Allah dan memohon pertolongan kepadaNya… dan kami berlindung denganNya dari kejahatan diri kami dan keburukan perbuatan kami. Barangsiapa yang telah diberikan petunjuk oleh Allah maka tiada sorangpun yang mampu memberikannya petunjuk dan barangsiapa yang disesatkannya maka tiada seorangpun yang menjadi penolong dan penunjuk jalan baginya. Amma Ba’du:

Allah telah menjamin dan berjanji kepada orang yang bertawakal kepadaNya untuk diberikan kecukupan. Makhluk ini adalah ciptaanNya dan semua urusan ada di tanganNya:

قال الله تعالي: ﴿ إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ﴾ (يس : 82)

Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.[Yasin/36: 82].

Tawakkal adalah menyerahakn segala urusan kepada Zat yang memiliki segala keputusan bagi semua urusan, yaitu Allah Ta’ala. Hal ini disebabkan kelemahan seorang hamba untuk mengatur diri mereka sendiri. Tidak ada nafas yang keluar atau masuk kecuali dengan izin Allah. Dan yang kedua adalah karena kesempurnaan ilmu dan kekuasaan Allah.

Tawakkal itu tidak bertentangan dengan kewajiban untuk berusaha, bahkan seorang hamba diharuskan unuk berusaha sebagai sebab dengan syarat agar seorang hamba tidak boleh menggantungkan hati dengannya.

Seorang Badui datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan beliau berkata kepadanya : Dari manakah engkau datang?. “Dari Syam”, jawab orang badui tersebut. “ Apakah dengan berjalan kaki atau dengan berkendaraan?. Tanya beliau kembali. “Berkendaraan”. Jawabnya. “Lalu di manakah kendaraanmu?. Tanya beliau kembali. “Aku meninggalkannya di balik gunung”. Jawabnya. Beliau bertanya kembali : Apakah engkau telah mengikatnya?”. “Tidak aku meninggalkannya lalu bertawakkal kepada Allah”. Jawabnya. “Ikatlah dia lalu bertwakkal kepada Allah”. Perintah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maksudnya adalah agar seseorang berusaha mengerjakan sebab-sebab kesuksesan) dan setelahnya baru berserah diri kepada Allah Ta’ala.

Adapun macam-macam takwakkal adalah : Pertama : Bertawakkal kepada Allah dalam masalah rizki dan ajal. Seorang muslim berkeyakinan bahwa rizki dan ajal telah ditetapkan oleh Allah pada saat dirinya masih berada di dalam perut ibunya. Berdasarkan hadits riwayat Muslim:

إنَّ أَحَدَكُم يُجْمَعُ خلقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ

Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaanya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemuadian dia menjadi segumpal darah dalam masa yang sama seperti itu, kemudian dia berubah menjadi segumpal daging dalam masa yang sama seperti itu, kemudian Allah memerintahkan kepada para malaikat lalu dia diperintahkan untuk menulis empat perkara. Dan dikatakan kepadanya tulislah amal, rizki, ajal dan nasibnya apakah dia sengsara atau bahagia, kemudian barulah ditiupkan ruh kepadanya…”.[1]

Seorang muslim berkeyakinan bahwa ajalnya tidak akan pernah berkurang walau satu saatpun, dan tidak pula berkurang dari rizkinya walau seukuran atom. Berdasarkan sebuah riwayat dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam:

أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ

Wahai sekalian manusia, takutlah kepada Allah dan memohonlah dengan cara yang baik. Sesungguhnya satu jiwa tidak akan mati sehingga dia mengambil rizkinya secara sempurna walau datangnya terlambat (dari harapannya). Bertqwalah kepada Allah dan memohonlah dengan cara yang baik. Ambillah apa-apa yang dihalalkan dan tinggalkanlah apa-apa yang diharamkannya”.[2]

Jenis-jenis tawakkal adalah bertawakkal kepada Allah saat datangnya musibah. Di dalam hadits qudsi disebutkan bahwa Allah Ta’ala berfirman :

إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللهُ تَعَالَى لِمَلَائِكَتِهِ: قَبَضْتُم وَلَدَ عَبْدِيْ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: نَعَمْ، فَيَقُوْلُ: قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ، فَيَقُوْلُوْنَ: نَعَمْ، فَيَقُوْلُ: مَاذَا قَالَ عَبْدِيْ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ، فَيَقُوْلُ اللهُ: اُبْنُوْا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَسَمُّوْهُ بَيْتَ الْحَمْدِ

Jika anak seorang hamba meninggal dunia, maka Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan berkata kepada para Malaikat-Nya: Wahai malaikat maut engkau telah mencabut nyawa anak seorang hambaKu?. Engkau telah mencabut nyawa penyejuk pandangannya dan buah hatinya?. Malaikat maut menjawab: Benar”. Allah bertanya : Apa yang dikatakannya?. Malaikat maut menjawab : Dia memuji Allah dan istrija’[3] Allah Ta’ala berfirman : Buatkanlah baginya sebuah rumah di dalam surga dan sebutlah namanya dengan rumah pujian”.[4]

Auf bin malik datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan berkata: Sesungguhnya anaku telah ditawan oleh sekolompok kaum. Maka Raslullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Perbanyaklah mengucapkan:

لا حول ولا قوة إلا بالله

Maka diapun mengerjakannya. Lalu musuh terlalai dengan anak yang menjadi tawanan tersebut maka diapun terlepas, dan dia mendapatkan seekor kambing lalu dibawanya kambing tersebut lari bersama dirinya. Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالي: ﴿وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ﴾ ( الطلاق: 2-3 )

Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”. [At-Thalaq/65: 2-3].

Maka sudah sepantasnya bagi seorang hamba untuk memohon tawakkal kepada Allah Ta’ala berdasarkan hadits:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ صِدْقَ التَّوَكُّلِ عَلَيْكَ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِمَّنْ تَوَكَّلَ عَلَيْكَ فَكَفَيْتَهُ

“Ya Allah anugrahkanlah kepada kami rasa tawakkal yang sebenarnya, Ya Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertawakkal kepadaMu lalu Engkau mencukupkan Aku”.

Dan seorang hamba harus yakin bahwa tetapnya suatu keadaan dalam satu kondisi yang permanen adalah mustahil. Dan di antara kedipan dan pejaman mata Allah menjadikan banyak perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain.

Kita telah berjalan di atas garis yang telah ditetapkan baginya
Barangsiapa yang ditetapkan baginya suatu keadaan, maka dia menjalaninya
Barangsiapa yang tempat kematiannya telah tercatat disebuah negeri
Maka dia pasti tidak akan menemukan kematiannya di negeri yang lain

Orang yang tidak bertawakkal kepada Allah akan sengsara oleh hati dan angan-angan yang bercerai berai, hidup tertekan karena takut dengan masa depan yang suram, bersedih atas masa lalu, tidak rela dengan keadaan dirinya, dada menyempit dan penyakit menghantui. Maha Benar Allah dengan firmanNya:

قال الله تعالي: ﴿ وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ – وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ ﴾ ( الزخرف: 36-37 )

Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Qur’an) Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk“.[Az-Zukhruf/43: 36-37].

Wahai Tuhanku semua perkara di tanganMu
Semua urusanku telah ku serahkan kepadaMu
Saat diriku tenggelam dalam Lumpur kesulitan
Terombang-ambing terbentur batu-batu raksasa
Adakah asa selain diriMu, saat keresahan menyelimuti
Menghempaskan bahtera kehidupan yang ku lalui

Hanya ini yang dapat aku sampaikan, aku memohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung untuk diriku dan kalian semua. Mohonlah ampunanNya…..

Segala puji bagi Allah yang telah mengatur segala urusan hambaNya dengan sempurna dan baik, memudahkan bagi mereka semua fasilitas dan kebutuhan hidup. Maka barangsiapa yang yakin bahwa Dia adalah tuhan yang Maha Kuasa atas segala sesuatu dan berserah diri kepadaNya maka Allah akan mencukupkannya:

قال الله تعالي: ﴿ وَكَفَى بِاللّهِ وَكِيلاً ﴾ ( النساء : 81 )

“Cukuplah Allah menjadi Pelindun” [An-Nisa’/4: 81]

Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya, yang telah menjanjikan orang-orang yang berserah diri kepadaNya untuk diberikan kecukupan yang sempurna, sehingga mereka tidak membutuhkan orang lain selian Allah. Ya Allah jadikanlah kebutuhan kami hanya tertuju kepadaMu, bukan kepada selian diriMu, Ya Allah tuhan semesta alam.

Dan aku bersaksi bahwa penghulu dan kekasih kami, Muhamad adalah hamba dan RasulMu…yang telah bersabda dan jujur dalam tutur katanya:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً

Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Dia memberikan kalian rizki sebagaimana Dia telah memberikan rizki kepada burung yang pada waktu paginya pergi dalam keadaan lapar lalu kembali pulang dalam keadaan kenyang”. [HR. Ibnu Majah dalam kitab Al-Zuhud].

Ya Allah curahkanlah shalawat dan salamMu serta keberkahan kepada Muhammad dan para shahabatnya sehingga hari kiamat…Amma Ba’du:

Sesungguhnya jika seluruh masyarakat berupaya mengambil langkah-langkah kesuksesan lalu bertwakkal kepada Allah, bukan kepada selain Allah, dan mereka menunaikan segala perintahNya, menjauhi laranganNya, berharap kepadaNya agar ditolong dalam menghadapi segala beban dan tantangan hidup, serta melaksanakan kewajiban yang semestinya mereka lakukan, mengerahkan segala upaya dan semangat, maka Allah pasti akan mempermudah bagi mereka segala urusan yang sulit, menundukkan segala tantangan, jangan sampai mereka berkata: Kami telah berserah diri kepada Allah dan kita enak-enak duduk di rumah, sebab Allah Ta’ala mengingatkan kita di dalam firamanNya:

قال الله تعالي: ﴿ وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى ﴾ ( النجم : 39 )

“…dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. [An-Najm/53: 39].

Wahai sekalian hamba Allah ada tiga kalimat yang menjadi semangat bagi tawakkal dan meminta pertolongan Allah. Barangsiapa yang mengatakannya dengan lisannya, mersapi makna yang terkandung di dalamnya maka sungguh dia telah merealisasikan wujud tawakkal dan kehidupannya menjadi mantap, yaitu:

قال الله تعالي: ﴿ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ﴾ ( الفاتحة : 5 )

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”.[Al-Fatihah/1: 5].

قال الله تعالي: ﴿ فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُلْ حَسْبِيَ اللّهُ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ﴾ ( التوبة : 129)

“Jika mereka berpaling (dari keimanan) maka katakanlah: Cukuplah Allah bagiku ; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki Arasy yang agung“. [At-Taubah/9: 129].

لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم

Tiada daya dan uapaya kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.

Kalimat ini termasuk salah satu perbendaharaan surga, yang menyampaikan seorang hamba kepada segala kebaikan. Pada saat seorang hamba telah menyakini bahwa tiada daya bagi seseorang dan tiada kekuatan baginya kecuali dengan izin Allah maka sungguh dia telah melalui jalan yang benar dan diberikan taufik kepada kebenaran yang nyata.

Di satu sisi, jika seorang hamba berpegang teguh kepada tuhannya di dalam segala urusannya, dalam upaya mendatangkan segala kemaslahatan yang berhubungan dengan urusan agama dan dunianya, maka sungguh dia telah mewujudkan tujuannya untuk mencegah segala kemudharatan dan bahaya. Sebab Allah Ta’ala adalah Dzat yang telah menciptakan kita, dan memberikan rizki bagi kita. Dialah yang memberikan kita makan, memberikan kita minum, memberikan kecukupan dan melindungi kita.

Bertawakkal kepada Allah adalah tuntutan agama dan keimanan kita yang tak terpisahkan di dalam segala aspek kehidupan kita. Bagaimanapun berlimpahnya harta maka dia pasti akan habis, bagiamanapun panjangnya umur seseorang maka dia pasti berjalan menuju ketuaan, sebuah kekuatan yang besar pasti berjalan menuju kelemahan dan dengan bertwakkal kepada Allah akan terwujud segala bentuk kebaikan dan keberkahan.

قال الله تعالي: ﴿ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاء إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ﴾ ( الفاطر : 15)

Hai manusia kamulah yang berkehendak kepada Allah dan Allah Dia-lah Yang Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu lagi Maha Terpuji. [Fatir/35: 15].

Setiap kita pasti membutuhkan pemeliharaan TuhanNya, sangat menginginkan pertolongan dan nikmatNya di dalam segala perkara hidup. Allah Ta’ala menegaskan di dalam firmanNya:

قال الله تعالي: ﴿ فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيدُ ﴾ ( البروج : 16)

 “Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya” [Al-Buruj/85 : 16].

Maka tidak perkara apapun yang sulit bagi Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman:

قال الله تعالي: ﴿ بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْراً فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُن فَيَكُونُ﴾ ( البقرة : 117 )

“…dan bila Dia berkehendak untuk menciptakan sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”. Lalu jadilah ia. [Al-Baqarah/2: 117]

Semua perkara yang ditentukannya terjadi dengan kata “كُن”

Dan sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Mengetahui segala kemaslahatan yang tidak kita ketahui, Dia Maha Kuasa mengukur apa yang tidak mampu kita ukur, Dia Maha berkehendak apa yang tidak bisa kita wujudkan dengan kehendak kita, Dia Maha Kuat terhadap perkara yang tidak mampu kita wujudkan, dan Dialah yang menjaga hamba dari segala keburukan.

Maka tidak ada hal yang perlu bagi makhluk ini kecuali memutuskan harapannya terhadap manusia dan hanya berserah diri kepada Allah serta memohon kepada Allah segala kebutuhanNya:

قال الله تعالي: ﴿ مَا عِندَكُمْ يَنفَدُ وَمَا عِندَ اللّهِ بَاقٍ  ﴾ ( النحل : 96)

Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. [Al-Nahl/16: 96]

Seorang hamba yang selalu bertawakkal kepada Allah, akan mendapat penjagaan yang sempurna dariNya, dimudahkan segala urusanNya. Alangkah indahnya sebuah kehidupan dengan segala apa yang telah ditaqdirkan. Hendaklah kita menjadi pribadi yang selalu berserah diri kepada Allah:

قال الله تعالي: ﴿ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ﴾ ( الطلاق : 3 )

“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. [At-Thalaq/65: 3].

Semoga Allah memberikan keberkahan bagiku dan kalian semua dengan Al-Qur’an yang agung ini, dan semoga Dia berkenan memberikan manfaat bagi diriku dan kalian semua dengan ayat-ayat yang jelas yang terdapat di dalamnya. Ya Allah curahkanlah kasih sayangMu kepada kami semua, sesungguhnya Engkaulah Tuhan yang Maha Penyayang. Janganlah timpakan siksaMu kepada kami sesungguhnya Dirimu Maha Kuasa dengannya, jadikanlah kami orang-orang yang berserah diri kepadaMu, yang berlindung dengan Zat-Mu, yang berpegang teguh dengan syari’atMu, yang berpegang dengan kekuatan dan kekuasaanMu.

[Disalin dari التوكل على الله Penulis Muhammad bin Abdullah bin Mu’aidzir, Penerjemah : Muzaffar Sahidu, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
______
Footnote
[1] Al-Bukhari, kitab bud’ul khlaq.
[2] HR. Ibnu Majah, kitabut tijarat.
[3] إنا لله وإنا إليه راجعون : Mengucapkan
[4] Musnad. Musnad Al kufiyyin. Al-Turmudzi dan redaksi hadits dari Imam Ahmad.


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/35781-bertwakkal-kepada-allah.html